Hampir sebulan yang lalu, mungkin lebih, beberapa orang bercerta tentang kemunculan girlband (GB) baru yang katanya lagi hype banget di televisi. Ah, saya pikir, paling GB sejenis 7icons atau G-String, atau apalah. Namanya: Cherry Belle (CB). Oke, tidak cukup buruk untuk sebuah GB. Beredar selentingan kalau katanya GB ini merupakan plagiat dari SNSD.

Karena penasaran, sekitar tiga hari yang lalu, saya coba googling dan mengunduh lagunya secara gratis dan legal menurut wikipedia. Karena lagunya yang hampir sejenis dengan karya Yovie Widiyanto, ataupun band Gruvi, iseng-iseng saya search lagu mereka di Youtube. Awalnya MV, dan berakhir di fancam. Beberapa informasi, terus saya korek dari beragam sumber.

Oke, untuk beberapa saat, antara penasaran dan suka itu memang beda tipis.

Akhirnya saya mendapatkan beberapa kesimpulan akan GB ini. Fakta yang relatifnya adalah mereka lebih baik, bahkan terbaik untuk GB Indonesia dalam segi kostum, lagu, koreografi, maupun para personilnya. Tipe lagu yang lebih slow dan koreo yang anggun, membuat GB ini benar-benar terkesan girly.

Sedangkan fakta pastinya, GB ini tidak serta merta memplagiasi SNSD, seperti yang banyak orang bilang. Format video klip yang seperti Gee, atau Kissing You, yang memadukan konsep studio kosong dengan beragam furnitur, serta tambahan efek animasi, adalah hal yang biasa utuk sebuah video klip. Saya masuk ke forum kaskus, di sana rata-rata user mencela video klip CB karena plagiat. Tapi, kalaupun ada plagiasi, saya akan mempertanyakan, jenis plagiasi apakah itu.

CB pada dasarnya memang memiliki niat untuk maju di persaingan musik GB lainnya. Contoh paling kongkritnya, mereka bahkan memiliki website dan fanpage yang selalu update. Untuk web bisa diakses di www.cherrybelle.info, sementara fanpage resmi, bisa dilihat di webnya. Meski baru terisi sedikit, tapi pembuatan web ini menyiratkan kalau mereka memang niat.

Personil CherryBelle

Selain modal tampang, suara mereka juga tidak bisa dikatan jelek. Untuk beberapa alasan, suara mereka kadang terdengar sama. Tidak sulit untuk membedakan kesembilan personil CB. Mereka adalah Anisa, Angel, Christy, Felly, Ryn, Gigi, Wenda, Devi, Cheryl. Setelah melihat kesembilan personilnya, agaknya cukup jauh ya apabila dibandingkan dengan girlband sejenis, macam 7icons. Begitu pula keberanian mereka yang menyanyi langsung ketika tampil di acara televisi. Memukau, pikir saya.

Dari jumlah cover lagu, lagu Dilema milik Cherry Belle juga terpantau banyak, ketimbang lagu milik 7icons. Bukan memberi penilaian buruk, tapi kekuatan awal Cherry Belle ini memang berasal dari lagu.

Mayoritas personil Cherry Belle beretnis tionghoa, bukan untuk memancing pembicaraan SARA, tapi, karena hal ini, mereka jauh lebih terlihat unyu, ketimbang girlband lain. Wajah Indonesia, paling jelas hanya dimiliki oleh Anisa yang selalu setia dengan rambut hitamnya. Sementara delapan personil lainnya, kalau didandani sedemikian rupa, ternyata lebih mirip girlband kelahiran Korea, misalnya.

Sebenarnya masih panjang yang dapat diceritakan dari girlband ini. Oya, mereka juga meraih “Best Girlband” di Inbox Award. Saking ter-influencenya, pada suatu hari, sesaat saya sampai rumah, sehabis kuliah, saya menyalakan keyboard butut, dan memberi satu buah cover untuk lagu mereka :). Kalau masuk Cherry Belle ada lima, yaitu voice, look, ability to dance, dan attitude/spirit/motivation. Bandingkan dengan syarat masuk 7icons: harus putih dan mulus :o

Apa yang ada di benak ketika ditanya dari mana asal mula boyband saat ini. Telunjuk tangan pasti tak akan menunjuk terlalu jauh dari satu nama: Seven Man as Seven Heroes. Ya, boyband ini menjadi ujung tombak berjamurnya konsep serupa di Indonesia.

Banyak yang kontra terhadap band ini, tapi toh mereka tak berhenti. Karir setiap personilnya pun beranjak naik, tak ada yang menyangsikan kehebatan mereka dalam menggaet setiap fans yang mau untuk menonton mereka, baik saat manggung, atau memandangi komputer mereka dengan mengakses yutub.

Sebuah kesan yang cukup spektakuler, terutama ketika musik Indonesia mulai lesu akibat berjamurnya acara-acara musik yang hadir setiap pagi itu. Musik Indonesia jadi menjurus ke melayu. Nah, lahirnya boyband semacam SM*SH memang sedikit banyak memengaruhi telinga orang Indonesia, yang sebenarnya tidak begitu terbiasa mendengar musik melayu.

Tapi ada sisi negatifnya. Lihat saja para pria yang mengaku metroseksual, bajunya v-neck, pakai bedak, rambut poni pakai jel. Mungkin, di rumahnya ia sering joget-joget juga kalau denger lagu, ya siapa yang tahu.

Meskipun sebagai pionir munculnya boyband baru di Indonesia, namun banyak sekali kelemahan dari SM*SH itu sendiri. Misalnya, kemampuan vokal setiap personil. Okelah, mereka jago joget atau breakdance, tapi yang namanya band, ya mereka harus bisa untuk mengolah vokal sedemikian rupa sehingga digemari oleh fans.

Ambil contoh Westlife. Mereka boyband, mereka juga joget-joget kalau nyanyi. Tapi kalau disuruh nyanyi solo sendiri-sendiri, toh gak kalah sama juara American Idol. Beda halnya dengan SM*SH. Saya ingat, ketika launcing, mereka nyanyi live, dan apa yang terjadi? Mereka LUPA LIRIK. Masih mending kalau lagu orang, ini lagu mereka sendiri, yang mereka nyanyikan waktu recording. WTH? Masih pantaskah?

Semenjak hadirnya program semacam Dahsyat, Inbox, dll, membuat jantung musik Indonesia seolah berdegup kencang. Banyak manajemen musik yang melihat hal ini sebagai kesempatan emas untuk mendapatkan keuntungan yang instan. Apa hasilnya? Ya, tidak jauh seperti hijau daun, angkasa, dan saudara-saudaranya, asal membuat band, keluarkan single, buat video klip, tayang, buat RBT, perlahan-lahan tenggelam, lalu mati.

Dulu, saya pernah memposting tentang band yang entah masih punya hubungan atau tidak dengan Ginny Weasley, ya, mereka adalah The Potters. Goblog!. Pertama kali saya tahu konsep band ini. Seperti yang sudah saya tulis di atas. Materi lagu, melayu, milih vokalis ganteng, lagu cuma sebatang. Lalu, menghilang. Bukankah ini hal buruk yang tak pantas ditiru?.

Lalu, kemunculan sang anak emas bernama boyband. Dimulai dengan SM*SH sejak setahun lalu, kini entah sudah berapa banyak boyband lahir dan bermunculan. Dengan memanfaatkan program-program seperti Inbox dll, seolah hal apapun bisa saja terjadi di negeri ini.

Lantas, mau pilih yang mana?

Waktu tahu kalau game ini buatan Maxis, saya langsung tertarik dan membeli langsung kasetnya. Di covernya sih ada tulisan jelas terpampang: “From The Creator of The Sims. Oke, mari kita mulai.

Game ini dirilis pada September 2008, tentu saja, didesain oleh Will Wright, sang desainer Sim City dan The Sims juga. Kalau menurut saya sih, game ini lebih mirip RPG bertema action, jadi, ada kalanya, kita main dengan jalan cerita yang sudah ditentukan, lalu, menggerakan banyak pasukan untuk mengakhiri cerita. 

Awal cerita dimulai ketika pemain menjadi sebuah makhluk mikroskopik yang harus berkembang, hingga akhirnya menjadi makhluk cerdas. Nah, disini pemain diberi kebebasan untuk menjadi makhluk seperti apapun, membuat rumah, dan kendaraan. Namun, jalan ceritanya sudah ditentukan. Jadi, kalau kita sudah memenuhi objectives tertentu, maka, cerita akan beralih, atau sang makhluk akan berevolusi.

Nah, ada beberapa tahapan yang harus dilalui: (1) Cell Stage, (2) Creature Stage, (3) Civiliation Stage, (4) Space Stage. Tiap tahapan ini berbeda-beda pula taktik yang dihadapi. Jaman Creature Stage misalnya, kita harus secara bersama-sama membunuh untuk mendapatkan makanan, sedangkan jaman Civilation, kita harus menginvasi setiap daerah untuk mendapatkan kekuasaan.

Menurut Maxis sang developer sih, mereka bikin game ini dengan pendekatan yang sangat detail. Setiap stages memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Tapi, menurut saya sendiri, game ini bahkan terlalu mudah untuk dilalui. Bayangkan, dalam waktu satu malam, saya sudah mencapai stage ke-empat. Oya, belum lagi, kita akan dipusingkan dengan kontrol yang sulit.

Di Cell Stage, kontrol hanya menggunakan keyboard dengan tanda arah, atau menggunakan mouse. Namun di jaman Space Stage, semuanya “main”. Artinya, ya menggunakan keyboard, ya mouse juga. Rumit sih menurut saya. Maka, saya tidak bisa menjamin kalau Maxis merilis ulang game seperti ini akan sukses, atau setidaknya menyamai prestasi The Sims.

The Sims adalah franchise tersukses Electronics Arts (EA) yang berduet dengan Maxis. Video game ini telah terjual lebih dari 150 juta kopi, loh. Itu hitungan penjualan yang asli, belum kaset yang bajakannya. Di permainan ini, tidak ada yang namanya menang atau kalah, karena seperti kehidupan asli, para pemain di the sims bisa mati, makan, kelaparan, hingga melahirkan. Ada tiga game The Sims yang dirilis resmi, dalam artian, bukan expansion packsnya. Oke kita mulai.

1. The Sims (2000) Game ini dirilis pada 4 Februari 2000. Dalam dua tahun, penjualan sudah melebihi 6.3 juta kopi. Lima tahun awal, game ini mencatat penjualan sampai 16 juta kopi, dan menjadikannya sebagai permainan dengan penjualan terbanyak di seluruh dunia. Satu-satunya objectives dalam game ini, hanya bagaimana memenuhi hasrat pemain yang kita buat, hingga pada tujuan akhir, menikah, lalu bekerja, dan mendapatkan penghasilan yang besar. Ada tiga tahap kehidupan dalam Sims 1: Bayi, anak-anak, dewasa. Tidak ada batasan umur akan ketiganya. Ketika bermain, pemain diberi uang 20.000 simoneleus (mata uang di The Sims) untuk membeli rumah, atau lahan untuk dibuat ulang. Terdapat tiga mode: Live mode, buy mode, dan build mode. Ada banyak furnitur yang bisa kita beli. Tapi sebelumnya, kalau kita tidak suka dengan jenis rumah, kita bisa pula menggantinya dengan berbagai barang yang tersedia. Misalnya, karpet baru, atau walpaper ala jepang yang juga tersedia. Sekita tujuh expansions pack disediakan EA untuk menunjang permainan game ini. Gameplaynya, kita hanya diberi kebebasan untuk memutar ke empat penjuru kamera. Zoomingnya juga masih ditentukan oleh EA. Yang jelas, untuk game tahun 2000, grafisnya sudah keren lah, bahkan, saya masih memainkannya saat ini.

2. The Sims 2 (2004) Game ini adalah sekuel yang dirilis pada 14 September 2004. Tentu saja terdapat perubahan dan perbaikan disana-sini. Yang paling menonjol, yaitu perubahan grafis dari 2D ke 3D. Artinya, kamera bisa zooming dan scrolling terserah dari pada pemain. Ya, pemain bebas mengarahkan kameranya kemana saja. Beragam furnitur sudah ditambahkan, dan lebih realistis. Gameplaynya masih sama open-ended. Artinya, pemainlah yang menentukan bagaimana endingnya, dan selama apa ia memainkannya. Seolah ingin menyempurnakan bersama game terdahulunya (Sim City) di sini terdapat tiga jenis lot yang bisa dibangun. Residential, Commercial, dan Community. Tapi, tentu saja, Sims hanya bisa tinggal di residential. Oya, map untuk Sims 2 ini lebih besar loh ketimbang pendahulunya. Jadi, area yang bisa ditinggali lebih luas.

Kali ini terdapat enam stages kehidupan; babies, toddlers, children, teenagers, young adults, adults, dan elders. Dibanding The Sims, game ini banyak mengandung unsur seksual, meski ditujukan untuk game anak-anak. Meski pihak EA telah menyensornya, akan tetapi, menurut saya, agak kurang baik juga sih. Misalnya, young adults atau teenagers, secara bebas bisa kissing tanpa sensor, kapanpun dimanapun, adults bisa make baby misalnya.

3. The Sims 3 (2009) Dirilis pada 2 juni 2009, game ini menawarkan sesuatu yang lebih detail ketimbang pendahulunya. 1,4 Juta kopi terjual dalam satu minggu, tentu sebuah pencapaian yang sangat luar biasa menurut saya. Menjadikannya sebagai game terlaris sepanjang masa. Ada sesuatu yang luar biasa dari game ini. Sims bisa berjalan keluar rumah, dengan berjalan kaki, tidak seperti sims 2 yang harus naik taksi. Selain itu, kalau kita beranjak dewasa, maka para tetangga pun akan ikut dewasa, sekalipun kita tidak memainkannya. Pihak pengembang menyebutnya sebagai story progression. Kalau sims 1 hanya memiliki “mood” dan sims 2 memiliki “punish and reward”, di sini ada yang namanya “wishes”. Kalau kita memenuhi keinginan dari sims kita, maka happiness nya pun akan bertambah. Sims bisa mati kapan saja, tak perlu menunggu tua. Asalkan ia mati karena penyakit, kecelakaan, atau dikutuk jadi mumi. Nah, yang menarik, di Sims 3, banyak sekali pilihan saat kita membuat sims. Misalnya, jenis rambut, mata dan lain-lain. Sungguh sangat jauh dibandingkan dengan pendahulunya. DI sims 3 juga banyak furnitur-furnitur baru yang sangat menyenangkan untuk dimainkan. Yang jelas, ini sangat memenuhi hasrat kita dalam bermain, semua tersaji detail dan begitu nikmat.

Nah, yang menarik, di Sims 3, banyak sekali pilihan saat kita membuat sims. Misalnya, jenis rambut, mata dan lain-lain. Sungguh sangat jauh dibandingkan dengan pendahulunya. DI sims 3 juga banyak furnitur-furnitur baru yang sangat menyenangkan untuk dimainkan. Yang jelas, ini sangat memenuhi hasrat kita dalam bermain, semua tersaji detail dan begitu nikmat.ainnya gampang, dan tidak ada yang membatasi. Kalau kamu ingin mati, tinggal bakar diri saja, kalau ingin buat anak, tinggal lakukan pendekatan. Mudah bukan? Game ini seolah menjawab mereka yang depresi akan kehidupan sosialnya yang berantakan, karena mereka bisa menjadi tuhan bagi diri mereka sendiri, orang lain, dan semua yang ada dalam dunia Sims. Selamat Bermain !.

Well, setelah satu bulan penuh tidak memposting satu kata pun, akhirnya.

Akhir-akhir ini, mungkin karena liburan kuliah yang begitu panjang, saya menjadi ketagihan bermain game. Salah satunya adalah game buatan Maxis. Publisher yang terkenal dengan game tanpa ending ini, memang sukses membuat penggemarnya kecanduan. Ya, begitulah adanya.

Maxis berdiri pada 1987. Mereka yang membuat game Sim City, menjadi populer dikalangan pengguna komputer. Kepopuleran Maxis juga semakin bertambah ketika game The Sims miliknya, disenangi oleh setiap pemain game.

Maxis menyebut game-gamenya sebagai “Digital Dollhouse”. Hal ini sejalan dengan game yang mereka buat, tidak mengenal istilah menang atau kalah. Kalau pemain lelah, ya, permainan harus dhentikan. Kalau masih kuat, lanjutkan terus. Pemain diberi kebebasan untuk melakukan apapun, tergantung game yang mereka gunakan tentunya.

Maxis lalu membuat game, yang pasti pengguna microsoft windows jadul pernah memainkannya, dialah: PINBALL. Ya, sekarang, game Pinball menjadi permainan yang selalu ada ketika kita menginstal operating sistem Microsoft Windows.

Pada 1997, Maxis diakusisi oleh Electronics Arts (EA). Maxis sebenarnya dapat berdiri sendiri, penggabungan dengan EA disinyalir hanya untuk menopang pendanaan dan penjualan yang lebih luas. Namun, dampak dari penggabungan ini, adalah hilangnya logo Maxis dari beberapa game terbaru, mulai dari The Sims 2: Livin' Large, hingga The Sims 3 yang baru dirilis tahun kemarin.

Oya, banyak spekulasi mengenai arti nama Maxis. Beberapa orang menyebut Maxis memiliki banyak arti. Coba saja dibalik tulisannya, akan terbentuk “Six AM”. Ada apa pada pukul 6 pagi? Itu adalah saat alarm di The Sims menyala. Cukup lucu bukan?. Namun arti yang sebenarnya, berdasarkan ayah dari Jeff Braun, sang designer, menurutnya sebuah game harus punya dua syliable dan mengandung unsur x didalamnya.