Drago Mamic menyerah. Pencapaiannya selama putaran pertama
dianggap gagal. Meski berhasil bertengger di peringkat tujuh kelasemen,
managemen menganggap Mamic tidak menerapkan sepakbola indah. Seperti biasa,
Robby Darwis ditunjuk sebagai caretaker dalam pertandingan kandang menghadapi
Persegres Gresik, Rabu (11/3).
Pertandingan yang berlangsung panas ini berakhir dengan
kemenangan bagi Maung Bandung. Sang Kapten Atep melesakan bola lengkung ke
gawang Hendri Prasetyo yang juga menjadi satu-satunya gol yang tercipta pada
laga ini. Dalam pertandingan ini, wasit melayangkan kartu merah untuk Gustavo
Chena dan Miljan Radovic.
Keduanya terlibat perseteruan yang mengakibatkan
pertandingan berhenti selama empat menit. Awalnya, Miljan berusaha menyundul
bola. Tangan dari Miljan tiba-tiba mengenai kepala Chena. Karena keseimbangan
yang kurang sempurna, Miljan sempat menyenggol tubuh Chena yang sedang
terjatuh. Tak terima, Chena balas mendorong Miljan.
Laga berakhir panas ketika Zulkifli yang berusaha membuang
waktu, didorong secara kasar oleh Marwan Sayedeh. Namun, Zul berhasil
mengontrol emosi. Tak berselang, wasit meniup peluti panjang tanda pertandingan
berakhir. Tak dinyana, beberapa orang berbaju putih berlari ke dalam lapang,
entah apa yang terjadi, karena tayangan televisi berubah menjadi iklan.
Bukan situasi di luar pertandingan sebenarnya yang akan
dibahas. Jalannya pertandingan selepas pelatih lisensi A UEFA turunlah yang
akan dicermati.
Sepanjang pertandingan, Robby tak lepas meminta pemainnya
untuk memberikan operan-operan pendek. Meski cukup kagok karena rumput Silwiangi
yang tidak rata, namun pemain mengikutinya. Kecuali untuk umpan-umpan terobosan
lambung. Entah karena fasih berbahasa Indonesia, instruksi Robby ini selalu
dituruti para pemainnya. Cukup aneh karena operan pendek mendatar pada
pertandingan kali ini, lebih banyak dilakukan ketimbang saat diasuh Drago
Mamic.
Perubahan pola permainan menjadi semakin menarik kala Miljan
dikeluarkan wasit. Atep bermain lebih ke tengah. Sementara sayap kiri diisi M.
Ilham dan sementara di kanan Zulkifli diberi keleluasaan untuk overlapping yang sering disambut Marcio
Souza. M. Ilham pun beberapa kali pindah posisi kiri-kanan untuk mensupport Zul.
Permainan terasa lebih mengalir. Cecep oper ke fullback
antara Nasuha dan Zulkifli. Bola di-delay oleh Gaspar yang mengatur passing
akan diberikan ke mana. Atep mencari bola ketengah, untuk kemudian di alirkan
ke sayap atau langsung passing ke Along atau Marcio. Posisi Marcio sendiri
lebih sering ada di sayap kanan yang dibantu oleh Zulkifli Syukur.
Peran Atep jelas lebih menonjol dibandingkan kala Miljan
masih bermain. Skill individunya mampu menutupi pergerakan minus M. Ilham yang
hari itu kurang maksimal performanya. Tidak ada sprint-sprint yang mengancam
dari M. Ilham.
Peran Gaspar-Atep begitu maksimal. Belum lagi capping bola
yang dilakukan Marcio, serta body balance yang dimiliki Along. Meski keduanya
tidak mencetak gol, namun suplai-suplai seperti inilah yang dibutuhkan para
pemain depan setelah hengkangnya Eka Ramdani ke Samarinda.
Miljan sebenarnya bukanlah tipe pengatur serangan yang dapat
mengatur tempo atau memengaruhi jalannya pertandingan. Umpan-umpannya mirip
Firman Utina, namun kemampuan mengontrol pertandingan masih jauh jika
dibandingkan dengan sosok Eka Ramdani. Eka sendiri adalah pengatur serangan murni
terakhir yang dimiliki Persib. Sisanya, Gaspar dan Toni Sucipto yang bergantian
mengatur dari belakang. Ini sebagai dampak dari formasi dua defensive
midfielder untuk menyokong Miljan yang sering kehabisan nafas dan langkah.
Argumen ini cukup kuat melihat Miljan hanya berperan sebagai
passer. Saya pikir, ini adalah musim terakhir Miljan. Tak perlu statistik yang
mendetail, cukup lihat saja sebentar, Miljan jarang melakukan dribel-dribel
tusukan ke jantung pertahanan lawan yang diakhiri dengan tendangan atau umpan
terobosan. Biasanya, paling banter ia hanya berlari hingga ¾ lapang, lalu
melepaskan umpan ke sayap.
Musim kemarin Miljan masih bersinar karena di dukung oleh
Hariono dan Eka Ramdani. Peran Miljan tak lebih dari Central Midfielder yang
tugasnya pemberi umpan. Dribling Miljan lebih sering ke area pertahanan
ketimbang mencoba menggocek lawan. Untungnya, ia diberkahi tendangan melengkung
ketika eksekusi tendangan bebas. Eits, tapi itu musim kemarin. Musim kali ini
Miljan lebih sering mencetak gol lewat titik putih.
Hariono dan Gaspar jelas berbeda meski sama-sama sebagai
defensive midfielder. Keduanya akan berbeda fungsi jika dijadikan sebagai dua
DM layaknya Gaspar-Toni. Apabila Hariono bermain, pola paling pas sebenarnya
menempatkan satu midfielder bertipe pengatur serangan, serta satu midfielder
perusak. Hal seperti ini terjadi kala tiga midfielder kala itu
Hariono-Eka-Suchao masih bersama. Dengan pola seperti ini, Suchao dapat menjadi
passer atau teman 1-2 dengan Eka.
Persib tahun ini hanya memiliki passer namun tidak memiliki
pengatur serangan yang mau menusuk ke depan. Untungnya, Miljan diberi kartu
merah, sehingga pola tersebut diemban oleh Atep yang turun dan mengirim
umpan-umpan yang memanjakan para striker. Atep juga memiliki opsi lain untuk
memberikan umpan ke sayap atau menusuk langsung dengan aksi individunya.
Dua striker yang direkrut Persib cukup mumpuni dalam body
balance dan kecepatan. Terutama capping Marcio yang bisa menyusur sisi kanan
pertahanan lawan dan memberi umpan akurat untuk Along.
Diakui atau tidak, permainan Persib tadi sore merupakan
permainan paling menghibur diantara pertandingan Persib lainnya. Sentralnya
peran Atep serta kokohnya Gaspar membuat pertandingan berjalan seru. Tentu
saja, saat Miljan keluar.