SAHAT SAHALA TUA SARAGIH SEORANG LEGENDA JURNALISTIK FIKOM UNPAD
20:47‘Ibu mau kemana?,mau mengajar?, mengajar apa?, mengajar Bahasa Indonesia?’
Petikan pertanyaan diatas mungkin seringkali terlontar dari mulut dosen maupun guru. Sesaat tidak ada yang aneh dari pertanyaan diatas, namun tidak menurut Pak Sahala, ia begitu kritis dan menurutnya jawaban tadi salah. Pertanyaan ‘mau kemana’ yang dijawab ‘mau mengajar ‘ adalah keliru, menurutnya jawaban paling tepat adalah ‘ke kelas’. Dan pertanyaan ‘mengajar apa’ yang dijawab ‘mengajar bahasa indonesia’ juga sebuah kesalahan, jawaban paling tepatnya adalah ‘mengajar manusia’.
Tegas, keras, teguh pendirian, itulah menurut banyak mahasiswa Jurnalistik FIKOM UNPAD mengenai sosok ini. Tidak pernah terlambat, selalu memberikan tugas, dan tidak pernah bolos adalah beberapa karakteristik lain dari pemilik nama lengkap Sahat Sahala Tua Siragih ini.
Tulisannya seringkali menghiasi beberapa rubrik koran-koran di Indonesia, bahkan melebihi seorang Dekan FIKOM UNPAD sekalipun. Tulisannya banyak dimuat di koran Pikiran Rakyat, Suara Pembaharuan dan Sinar Harapan. Apa yang ia tulis kebanyakan pemikirannya yang begitu kritis namun tetap santun untuk dibaca.
Beberapa waktu yang lalu tulisannya yang berjudul ‘Latah Membuat FIKOM’ memang menyentil Perguruan Tinggi yang hanya mengedepankan profit tanpa melihat prestasi dan kualitas. Tulisan mengenai kematian Sophan Sophian yang berjudul ‘Untung Kita (Pengendara) Bodoh’ mengkritisi tentang sifat manusia yang selalu menerima takdir yang ada dan pasrah begitu saja.
Dosen Jurnalistik ini begitu peduli terhadap masa depan mahasiswanya, namun karena sifatnya itu banyak yang mahasiswa yang berkata kalau masuk kelas Pak Sahala berarti ujian mental. Tapi hal ini menurut beberapa dosen yang dulu menjadi murid Pak Sahala, hal ini akan membawa sesatu yang positif dikehidupan mahasiswanya nanti.
Dosen yang akrab disapa ‘Abang’ ini selalu memberikan tugas kepada mahasiswanya. Mulai dari membaca sebuah artikel di majalah, hingga membuat rangkuman sebuah buku langka. Menurut beberapa mahasiswa memang berat, tapi pasti ada manfaatnya dikemudian hari.
Pak Sahala memulai karirnya sebagai dosen di FIKOM UNPAD pada tahun 1987. Masa-masa kecilnya ia habiskan di kampung halamannya di pinggiran Danau Toba dan bersekolah di Sekolah Rakyat yang pada saat itu pendidikan masih gratis segalanya. SMP dan SMA ia melanjutkan ke Pematang Siantar. Mulai saat itu ia mulai mandiri karena sudah berpisah dengan kedua orangtuanya. Melajutkan kuliah ke Kota Bandung adalah hal yang mungkin tidak pernah terfikirkan bagi mantan wartawan Majalah Tempo ini.
Ya, siapa yang tidak kenal seorang S. Sahala Tua Siragih di FIKOM UNPAD, ia akan menjadi legenda di sana.
1 komentar
wah..pak sahala dosen saya waktu di jurnalistik unpad. kalau lagi ada tugas dari beliau, semuanya sampai lupa makan lupa mandi saking seriusnya he3..seneng baca artikelnya
ReplyDelete