Hasil tulisan 20 menit setelah partai Indonesia - Turkmenistan, dimuat juga oleh Pikiran Rakyat. Selain itu banyak juga komentar yang masuk via SMS. Padahal, saya rasa, ini adalah tulisan terburuk kedua yang pernah saya buat. Tapi no problem lah.
Kemacetan agaknya menjadi musuh besar bagi pengendara di jalanan. Belum lagi ketika cuaca panas, lalu lewatlah iring-iringan kendaraan yang dikawal kepolisian. Kesal tentu saja. Sebagai pengendara 'biasa', sulit rasanya untuk menentang keangkuhan mereka yang dikawal kepolisian. Kalau tidak memberi jalan, sudah barang tentu, sang pengawal minimal akan menghadiahi sebuah teriakan.Apa sebenarnya alasan yang digunakan para pejabat terhormat ini masih menggunakan pengawalan?. Ingin memecah kemacetan karena terburu-buru? Atau sekedar ingin menunjukan status sosial?.Jelas, dengan kondisi jalanan saat ini, saya merasa mayoritas pengendara akan merasa diperlakukan tidak adil, ketika ikut antrian, namun tiba-tiba dipaksa menepikan kendaraan, karena ada orang spesial yang hendak dikawal.Saran saya untuk para pejabat yang sering menggunakan jasa layanan voorijder.
Berangkat lebih awalKalau alasan penggunaan pengawalan adalah harus mengikuti acara yang tidak bisa ditinggalkan, seharusnya berangkat menuju tempat tujuan lebih awal sebelum terbentuk titik-titik kemacetan yang akan menghambat.
Gunakan Sepeda MotorKalau memang kesal mengantri, gunakanlah sepeda motor yang lebih mulus digunakan ketika kemacetan melanda. Kalau takut wibawa turun, pikirkan lagi, Anda juga rakyat biasa sama seperti kami.Semoga para pejabat mengerti, bahwa dengan menggunakan layanan pengawalan, banyak pengendara yang kesal, dan nantinya akan menjadi bahan pembicaraan di masyarakat, yang malah akan menurunkan citra Anda sebagai pejabat.Gunakan pengawalan dengan semestinya, untuk kepentingan negara setingkat presiden, kepentingan umum seperti pemadam dan ambulan. Jangan salahkan kalau pengendara mempertanyakan arti slogan di motor dan mobil vooreijder yang bertuliskan “Melindungi dan Melayani”. Melindungi dan Melayani siapa?.Terimakasih kepada redaksi Pikiran Rakyat yang telah memuat surat ini.