Grave of The Fireflies (1988)
14:23
"Why do fireflies die so soon?"
Perang dunia kedua memang menyesakkan meski menjadi akhir
dari adu kekuatan negara-negara adidaya di dunia. Dampak terbesar tentu akan
dirasakan oleh pihak yang kalah. Selain korban jiwa, materi pun hilang karena
kekuasaan. Itu dampak secara besar, lantas, dampak minor yang ada di masyarakat
jelas lebih besar bahkan jauh dari apa yang diharapkan.
Film ini dibuat dengan latar belakang perang dunia kedua di
Jepang. Di mana saat itu sekutu membombardir Jepang dan membuat mereka
menyerah. Diceritakan dua adik kakak yang terpisah dari ayah dan ibunya, harus
berjuang sendiri di tengah kondisi perang yang tidak stabil.
Seita yang berusia 14 tahun bersama adiknya yang berumur 4 tahun
Setsuko, tengah berjuang untuk menghubungi ayahnya yang seorang marinir di
Angkatan Laut Jepang. Kondisi yang begitu menakutkan, memaksa mereka untuk
tinggal sementara bersama bibinya.
Ibu Seita meninggal karena luka bakar di sekujur tubuhnya.
Sementara ayahnya masih belum memberi kabar. Seita dan Setsuko harus berjuang
karena bibi mereka tidak terlalu menginginkan kehadiran mereka. Mulai dari
membeli beras sendiri dan mencari pekerjaan. Suatu hari, Seita tidak tahan
dengan perlakuan bibinya. Ia dan Setsuko memutuskan untuk tinggal di bunker di
pinggir danau.
Bunker tersebut terdiri dari dua ruangan yang tidak
terpakai. Mereka mulai merapikannya agar enak untuk ditinggali. Lama kelamaan,
persediaan bahan makanan mereka habis. Mereka berusaha bertahan dengan makan
seadanya, bahkan Seita terpaksa mencuri karena adiknya yang kelaparan.
Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Akiyuki Nosaka. Penulis sekaligus sutradara
Isao Takahata begitu cermat
menuangkan cerita minor tentang Perang Dunia kedua dengan dramatis. Adegan demi
adegan terasa begitu mengalir dan kerap membuat penonton menghela nafas.
Dua karakter yang ditampilkan sudah terlanjur menjadi idola
penonton karena keluguan dan kepolosannya. Dialog yang disajikan pun terasa
sesuai dengan keadaan jaman pada masa itu. Sesuai dengan budaya di Jepang.
Meski gambar yang ditampilkan kurang begitu bagus, ini bisa dimaklumi karena
merupakan produksi tahun 1988. Gambar yang ada masih sebatas dua dimensi dan
lebih mirip manga yang diberi warna dengan banyak gerakan. Bahkan terkadang,
ada adegan yang gambarnya diam.
Film ini kerap disebut “anti-war” manga. Hal ini disebabkan
isi dan filosofi dari dalam film yang menceritakan tentang betapa menderitanya
masyarakat akibat perang. Pemikiran-pemikiran ini muncul baik itu dari adegan
yang ada, atau juga dari dialog-dialog yang tersaji. Kesedihan yang mendalam
juga bisa dirasakan penonton. Pengemasan film yang baik, akan membuat Anda
selalu dirundung kesedihan 7 hari 7 malam!.
Rating: 9.2
Download: http://www.indowebster.com/download/video/Grave_of_the_Fireflies
0 komentar