White House Down (2013): Misi Penyelamatan yang Menyenangkan
07:34
It Started Like Any Other Day
Dirilis beberapa pekan setelah Olympus Has Fallen (2013)
tentu menjadikan keduanya sebagai bandingan, mana yang terbaik dalam
menghancurkan Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat. Anggapan yang
berkembang di masyarakat bahwa OHF jauh lebih serius baik secara protokol
kepresidenan maupun gaya bertutur dari film itu sendiri. Lain halnya dengan WHD
yang dianggap lebih menawarkan sisi humor dalam ceritanya.
WHD dimulai ketika John Cale (Channing Tatum) yang merupakan
alumni Afghanistan bertekad untuk menjadi petugas Secret Service Presiden
Sawyer (Jamie Foxx). Berbekal pengalaman sebagai pengawal juru bicara presiden,
ia dengan percaya diri mengajukan lamaran ke Gedung Putih.
John memiliki seorang putri yang sangat terobsesi dengan
berita politik. Namun, hubungan keduanya tidak pernah akrab karena John jarang
bertemu dengan Emily (Joey King). Hubungannya bertambah buruk ketika ia tidak
datang pada acara bakat di sekolah Emily. Akhirnya, John pun meminta sekretaris
Wakil Presiden untuk membuatkan tiket khusus ke Gedung Putih.
Wawancara pun usai, ketika mereka akan meninggalkan gedung,
Emily malah tertarik untuk mengikuti tur di Gedung Putih. Petualangan pun
dimulai. Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan akhirnya terjadi.
Seperti yang telah diungkapkan di awal, pemutaran yang
berdekatan dengan Olympus Has Fallen yang merupakan film aksi, membuat White
House Down terasa begitu hambar untuk disaksikan. Terlebih WHD dirilis setelah
OHF dengan genre aksi dalam balutan komedi. Itu adalah pandangan pertama
sebelum menyaksikan film ini.
Ketikaa disaksikan pada beberapa menit pertama hingga
pertengahan film, ternyata sentimen negatif tersebut tidak terlalu terbukti.
WHD mampu menunjukkan kualitasnya sebagai salah satu film aksi terbaik saat
ini. Pemilihan karakter Channing Tatum yang terlihat jujur dan polos sungguh
tepat untuk dikenakan sebagai peran John Cale.
Disutradarai oleh Roland Emmerich (2012, 2009; The Day After
Tommorow, 2004; Independence Day, 1996) WHD mampu tampil dengan balutan aksi
dan grafis yang bagus. Dari tiga film yang ia besut—mengenai kiamat, agaknya
hal itu cukup tertular pula di WHD. Mengedepankan “senjata nuklir” oleh oknum
petinggi Amerika, membuat film ini cukup menarik dan menyenangkan ketika sampai
di akhir.
Dibandingkan dengan OHF, grafis WHD jauh lebih bagus dan
sempurna, seperti ledakan di Gedung Putih, hingga suasana di luar gedung putih
yang jauh lebih hidup. Demikian halnya dengan cerita yang ditawarkan, mirip
dengan OHF siapa penjahatnya dan bagaimana aksinya, namun ada sedikit twist di akhir cerita, yang membuat saya
berfikir ulang bahwa WHD jauh lebih bagus ketimbang OHF.
Kelemahan dari WHD adalah protokol kepresidenan yang ngawur
sehingga membuat penonton menganggap aksi-aksi tersebut hanya lelucon belaka.
Misalnya, ketika Juru Bicara Kepresidenan berangkat dari rumah menuju Gedung
Putih, tidak ada pengalawan dan koordinasi yang ketat. Jauh jika dibandingkan
dengan OHF yang selalu menyajikan ketegangan padahal hanya dalam kondisi
mengantarkan sang presiden. Ini karena protokol kepresidenan di OHF ditonjolkan
sehingga penonton lebih percaya ketimbang dengan WHD.
Pemilihan Jamie Foxx sebagai Presiden Sawyer pun menjadi
pertanyaan karena sejujurnya Jamie tidak memiliki kharisma untuk menjabat
sebagai presiden. Bahkan, ia kerap kali diacuhkan dan disuruh-suruh oleh John.
Kelemahan lain dari WHD adalah ketika cerita sudah mencapai
klimaks, jumlah musuh yang awalnya puluhan malah hanya bersisa dua orang saja.
Itu pun susah untuk dibunuh. Sementara di dalam Gedung Putih, jarang ditemukan
mayat-mayat berserakan.
Di awal, cerita berjalan terasa terlalu cepat sehingga
ketegangan untuk memasuki Gedung Putih tidak begitu terasa. Sementara
perjuangan John Cale hampir memenuhi ¾ bagian dari cerita.
White House Down dapat menjadi salah satu referensi film
aksi untuk Anda saksikan. Film ini menyajikan sisi lain dari Presiden Amerika
di film tersebut dan betapa tingginya nasionalisme orang-orang Amerika di film
tersebut. Bahkan, saya pun merasa terharu ketika menyaksikan akhir dari film
ini.
Semoga ada sineas yang mau membuatkan film perang tentang
Indonesia yang mampu membangkitkan rasa nasionalisme bangsa ini. Jujur, saya
iri baik di OHF maupun WHD kedua Presiden Amerika tersebut begitu dicintai dan
dihormati oleh rakyatnya. Meski terkesan sebagai propaganda, sekali-kali hal
seperti ini layak ditiru oleh sineas Indonesia.
Rating: 8/10
0 komentar