SM*SH: SANG PENABUR
09:01
Apa yang ada di benak ketika ditanya
dari mana asal mula boyband saat ini. Telunjuk tangan pasti tak akan
menunjuk terlalu jauh dari satu nama: Seven Man as Seven Heroes. Ya,
boyband ini menjadi ujung tombak berjamurnya konsep serupa di
Indonesia.
Banyak yang kontra terhadap band ini,
tapi toh mereka tak berhenti. Karir setiap personilnya pun beranjak
naik, tak ada yang menyangsikan kehebatan mereka dalam menggaet
setiap fans yang mau untuk menonton mereka, baik saat manggung, atau
memandangi komputer mereka dengan mengakses yutub.
Sebuah kesan yang cukup spektakuler,
terutama ketika musik Indonesia mulai lesu akibat berjamurnya
acara-acara musik yang hadir setiap pagi itu. Musik Indonesia jadi
menjurus ke melayu. Nah, lahirnya boyband semacam SM*SH memang
sedikit banyak memengaruhi telinga orang Indonesia, yang sebenarnya
tidak begitu terbiasa mendengar musik melayu.
Tapi ada sisi negatifnya. Lihat saja
para pria yang mengaku metroseksual, bajunya v-neck, pakai bedak,
rambut poni pakai jel. Mungkin, di rumahnya ia sering joget-joget
juga kalau denger lagu, ya siapa yang tahu.
Meskipun sebagai pionir munculnya
boyband baru di Indonesia, namun banyak sekali kelemahan dari SM*SH
itu sendiri. Misalnya, kemampuan vokal setiap personil. Okelah,
mereka jago joget atau breakdance, tapi yang namanya band, ya mereka
harus bisa untuk mengolah vokal sedemikian rupa sehingga digemari
oleh fans.
Ambil contoh Westlife. Mereka boyband,
mereka juga joget-joget kalau nyanyi. Tapi kalau disuruh nyanyi solo
sendiri-sendiri, toh gak kalah sama juara American Idol. Beda halnya
dengan SM*SH. Saya ingat, ketika launcing, mereka nyanyi live, dan
apa yang terjadi? Mereka LUPA LIRIK. Masih mending kalau lagu orang,
ini lagu mereka sendiri, yang mereka nyanyikan waktu recording. WTH?
Masih pantaskah?
0 komentar