GLORY OF LOVE, JAWAB KERAGUAN PANITIA KICKFEST !
22:33
Piiiisss, aing mah demokrat (kanan depan) |
Gelaran
Kickfest yang berlangsung
selama tiga hari berturut-turut, tidak hanya dimeriahkan oleh beragam
booth kuliner dan
distro saja, tapi oleh beberapa band undangan, serta band seleksi
hasi voting. Beberapa nama besar tercantum dalam flyer
yang dipublish oleh panitia. Seperti Koil, Rosemary, Pure Saturday,
and many more, begitu tulisnya.
Suatu
kejutan, karena band-band indie sekelas Alone At Last ataupun Rocket
Rockers tidak ada dalam list, begitupun dengan Glory of Love. Entah
karena jadwal yang memang bentrok, atau karena panitia meragukan
skill mereka, terutama skill untuk mendatangkan banyak massa.
Beberapa
hari menjelang gelaran, panitia mulai menyebutkan band-band yang
tampil di acara tersebut via twitter. Beberapa followers
mereka menanyakan mengapa band yang sudah punya nama di Bandung,
tidak ada dalam list tersebut. Hal ini juga berlaku bagi followers
@kickfest yang juga penggemar Glory of Love. Mengapa band tersebut
tidak ada di list dari mereka yang main. Padahal, di twitter, sudah
sangat banyak akun yang mem-vote band ini.
Herz |
@Kickfest
lalu menyebutkan 10 band yang harus melalui tahap voting. Nama-nama
bandnya memang agak kurang familiar sih. Lalu saya bertanya
kemungkinan Glory of Love main di acara itu, namun, mereka menjawab,
hanya band yang telah melalui seleksi dulu lah yang menjadi
nominator. Seleksi? Saya rasa, Glory of Love pun tidak masalah
sebenarnya tidak tampil di Kickfest. Band sebesar itu apa perlu untuk
diseleksi?. Apa panitia meragukan kapasitas band ini, khususnya
sebagai penjaring massa?.
10
band kloter kedua, belum juga di umumkan. Saya coba search
"@kickfest". Ternyata, banyak yang mempertanyakan kenapa
Glory of Love tidak ada di list. Hingga beberapa menit kemudian,
muncul 10 band kloter kedua untuk di-vote. Di situ lalu tercantum
band "Glory of Love".
Ada
apa ini,? pikir saya. Lalu saya cek timeline @kickfest. Salah
satunya, pukul 5 sore (pengumuman pukul 8 malam), ada mention untuk
Glory of Love, yang isinya minta dikirimkan sampel lagu via email.
Hah?. jeda waktunya hanya tiga jam sebelum pengumuman. Saya
membayangkan satu band yang dijadikan tumbal untuk digantikan
posisinya oleh Glory of Love. Profesionalkah panitia? atau mereka
tertekan karena banyaknya pertanyaan dari followers? entahlah.
Minggu,
9 Oktober
Dalam
jadwal yang diberikan akun resmi @glory_of_love, mereka akan main
pukul dua siang. Saya, yang memang niat, lalu sampai di sana pukul 2
tepat. Namun, acara belum mulai, belum ada tabuhan drum yang
menggema, hanya suara MC dan penonton yang menjadi peserta permainan
mengisi waktu luang.
Ivan |
Setengah
tiga siang, barulah penonton diperbolehkan mendekat ke panggung.
Glory of Love telah memanaskan suasana siang itu. Sebelum main, Ivan,
Sang Vokalis berkata seperti menyindir, "Maaf kami lama, soalnya
panitia gak ngasih waktu untuk soundcheck,
jadi kami soundcheck
sendiri barusan". Saya lalu membayangkan riders
manajemen Glory of Love dengan segala ketentuannya, yang menyatakan
kalau Glory of Love meminta waktu soundcheck
pada pagi hari sebelum acara, atau malam sebelumnya, dengan durasi
waktu minimal satu jam.
Kalau
saya hitung, soundcheck Glory
mungkin hanya setengah jam. Itu pun para personilnya tidak mencoba
langsung alat-alat, hanya mempercayakan pada rekan-rekan teknisi.
Lagu pertama pun dimulai, "Kenyataan". Igo sang gitaris,
tampil dengan balutan kaus hitam dengan kaca mata hitam siang itu. Ia
membuat penonton perempuan berteriak histeris.
Lagu
kedua pun dilantunkan, suasana masih kondusif. Setelah beres lagu,
Ivan menyinggung "danau" yang ada di sebelah Gasibu untuk
diurus, dijadikan taman kota katanya, begitu pula dengan Herly, sang
Basis. "Asal jangan dipake mabok-mabokan," tuturnya "Teu
nanaon sih, asal kalau mabok
jangan ganggu orang".
Lagu
ketiga pun dilantunkan, "Maafkan". usai lagu ketiga, Ivan
berterimakasih kepada yang telah memberikan voting via twitter untuk
mereka, "Makasih buat dukungan kalian, tanpa voting kalian, kami
gak akan ada disini", ujarnya, seolah menyindir.
Lagu
keempat merupakan single terbaru mereka yang fenomenal karena
menduduki peringkat pertama toplisten
di purevolume.com "Dariku, Untukmu". Sebelumnya, Ivan
dibisiki oleh kru. Lucunya, ia mengatakan masih dengan nada menyindir
"Oke, kita tinggal tiga lagu, sisa energi kami di tiga lagu
ini".
Igo |
"Kali
Ini", dinyanyikan dengan penuh semangat dan wilayah depan
panggung pun menjadi moshing pit dengan putaran-putaran manusia
tentunya. Beres lagu kelima. Penonton seolah tak sabar menantikan
lagu terakhir. Ya, "Rasa Ini Tak ada Lagi".
Sayang,
beberapa penonton berbau alkohol mulai mendekati panggung. Ikut
"memanaskan" suasana di mosh pit. Beberapa penonton
perempuan terpaksa mundur untuk menghindari "amuk"
kesenangan di mosh pit. Mencapai outro, beberapa penonton mengira
konser akan usai. Namun, lagu tetap berlanjut. Diakhiri dengan tepuk
tangan yang membahana dari depan panggung.
Ya,
Glory of Love memang membuktikan kepada panitia, konser mereka tidak
rusuh, kualitas mereka sudah mendapat pengakuan, lagu-lagu mereka
membuat penonton sing along, dan harusnya ada simbiosis mutualisme
yang dihadirkan, Glory of Love menghadirkan massa yang banyak.
Termasuk saya yang tidak melakukan apa-apa di acara tersebut, karena
hanya ingin menonton Glory of Love, dengan harga sepuluh ribu rupiah.
0 komentar