Perjalanan Sukses Si Mahasiswa Tua
18:40
Tidak
ada yang aneh dengan pria bertubuh mungil ini. Tidak ada tata rias
berlebihan di wajahnya. Tidak ada sedikitpun sosok publik figur dalam
dirinya. Hanya bulu hidung yang terlalu panjang yang sering ia cela.
Sosok
"hina" ini bernama Raditya Dika. Candaannya sering membuat
orang terpingkal-pingkal. Pria kelahiran Jakarta 27 tahun lalu ini,
telah menelurkan lima buku best seller
dan dua komik yang digarap bersama komikus muda Rio Budiman. Kini, ia
tengah mempersiapkan buku keenamnya yang berjudul "Manusia
Setengah Salmon". Selain aktif sebagai penulis, Raditya juga
kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Penerbit Bukune.
Raditya mengawali karir dengan menulis di blog yang berisi pengalaman
pribadinya. Lalu ia mencetak tulisan-tulisan di blognya itu dan
mengirimkannya ke penerbit. Dengan perjalanan panjang, akhirnya buku
pertama terbit dengan judul "Kambing Jantan", sama dengan
judul blog pertamanya.
Di sela-sela seminar penulisan di Bale Santika, Jatinangor, Kab.
Sumedang, Kamis (13/10), Raditya mengungkapkan seorang penulis harus
mampu keluar dari kotak, dan membuat sesuatu yang berbeda. "Dulu
novel-novel itu genrenya cinta, judulnya 'Eiffel I'm in Love'. Saya
membuat sesuatu yang baru," ujarnya. Meskipun begitu, terdapat
kelemahan dengan judul yang diluar kebiasaan ini. "Buku saya
biasanya dimasukan di bagian peternakan, atau mistis dan kejahatan,"
ujarnya yang disambut gelak tawa peserta.
Di
bulan-bulan awal ketika terbit, sulit bagi Raditya untuk bersaing
dengan buku-buku lainnya. Bukan saja karena judul buku yang nyeleneh,
tapi juga karena ia menawarkan sesuatu yang baru dan belum diterima
masyarakat luas. "Saya masih ingat lima orang yang selalu hadir
dalam talkshow saya.
Mereka adalah ibu, ayah, dan ketiga adik saya," candanya.
Ia
menerbitkan dua buku yang masih bertema binatang, Cinta
Brontosaurus (2006), dan Radikus
Makankakus: Bukan Binatang Biasa
(2007) yang juga mendapat sambutan hangat dari pembacanya. Terbukti
keduanya menjadi buku yang paling sering dicari. April 2008, Raditya
menerbitkan buku keempatnya yang berjudul Babi Ngesot.
Tahun 2009, ia membintangi film
yang diangkat dari bukunya yang pertama yaitu Kambing
Jantang The Movie.
Sebelumnya,
Raditya juga sempat memenangi kontes Indonesian Blog Award
tahun 2003. Awal tahun 2010, ia dianugerahi The Online
Inspiring Award 2009 oleh sebuah
perusahaan telekomunikasi. Empat bulan kemudian, ia menerbitkan buku
kelimanya yang berjudul Marmut Merah Jambu.
Raditya
awalnya tidak sengaja memberikan unsur hewan dalam setiap judul
bukunya. Ia mengklaim ingin memiliki ciri khas dalam setiap buku yang
ia tulis. Buku keenam yang akan rilis Desember tahun ini pun diberi
judul Manusia Setengah Salmon.
Inspirasi Generasi Muda
Dua
bulan lalu, Raditya baru saja lulus sebagai sarjana dari Universitas
Indonesia. Ia mengambil kelas ekstensi di jurusan Politik Indonesia
Fakultas Ilmu Sipil dan Politik. Jenjang kuliahnya terbilang cukup
lama, sehingga tidak jarang ia diejek sebagai mahasiswa tua. "Kalau
dikampus, tiap ada mahasiswa baru mereka pasti sungkem
ke saya. (Karena terlalu lama) Saya sudah dianggap kuncen di sana,"
ujarnya.
Meskipun
begitu, Raditya yang pernah mencicipi kuliah finance
di Australia ini menjadi inspirasi bagi kaum muda untuk berkarya.
Selain menjadi penulis, Raditya juga membintangi sebuah acara bertema
kebudayaan di Kompas
TV.
Ia juga hadir dalam acara Provocative
Proactive
yang disiarkan Metro
TV.
Karena gayanya yang khas, ia juga diundang komunitas Stand
up Comedy Indonesia untuk
menjadi comics
(sebutan untuk pelaku stand
up comedy).
Video
Raditya yang diunggah akun "standupcomedyindo" di situs
Youtube,
diputar hampir sebanyak 400 ribu kali. Ini adalah jumlah terbanyak
bila dibandingkan dengan comics
yang lain. Materi stand
up
Raditya kebanyakan berawal dari kegelisahan akan keadaan di
sekitarnya. Tidak sedikit materi stand
up
yang diambil dari buku-bukunya. Namun ini mendapatkan kelemahan,
karena orang yang belum membaca bukunya akan kesulitan memahami gaya
komedi Raditya.
Kini, tidak sedikit generasi muda yang mulai membuat blog yang berisi
catatan harian. Buku-buku dengan judul aneh pun mudah dijumpai di
toko-toko buku. Hal ini menurut Raditya positif untuk mengasah
kemampuan dan kemauan menulis. "Kalau mau menulis, dia pasti
harus membaca," ujarnya.
Di buku karyanya, Raditya menggambarkan dirinya sendiri sebagai
seseorang yang selalu dirundung kesialan. Cerita tentang
kesehariannya membuat pembaca aneh mengapa ia begitu konyol dan
malang. Seringkali, ia memasukan adik-adiknya sebagai objek di buku
miliknya.
Dalam
sesi pertanyaan di seminar penulisan, Raditya menjawab soal cara
mendapatkan mood
untuk menulis. Menurut Raditya, satu-satunya cara agar dapat
menghasilkan karya adalah menghilangkan mood
tersebut dan menggantinya dengan memaksakan menulis. "Lumayan
kan, satu hari satu halaman. Satu bulan, kita sudah mendapatkan 30
halaman yang siap edit," tutupnya.
0 komentar