World War Z Film Zombie yang Payah
14:23
Zombie Movie is About Tension!
Source: impruvism.com |
Saya adalah penikmat film zombie mulai dari zombie lambat karya George A. Romero hingga zombie cepat karya Danny Boyle. Meskipun terdapat perbedaan filosofi mengenai bentuk, hingga awal mula bagaimana zombie berkembang, namun terdapat satu benang merah bagaimana sebuah film zombie seharusnya dibentuk: survival.
Perjuangan mempertahankan diri agar tidak terinfeksi. Bagaimanapun
caranya, penonton mesti dibuat ikut terbuai dalam perjuangan tersebut.
World War Z adalah film zombie pertama yang membuat saya terpikat
semenjak trailernya pertama kali berkumandang di Youtube. Ratusan ribu zombie membuat mereka terlihat laksana semut. Oh bukan, TSUNAMI! Ya, ratusan ribu zombie
tersebut saling berebut menaiki tembok setinggi 30 meter. Gila!
Fantastis! Terlebih melihat seseorang dibalik rambut gondrongnya yang
turut menjadi aktor dalam film ini: Brad Pitt!
World War Z mungkin jadi salah satu film bergenre zombie yang juga dibicarakan oleh penonton non-zombie. Perlu kita ketahui bahwa fans film zombie termasuk salah satu yang paling radikal diantara penonton genre lainnya. Penonton genre zombie umumnya menetap dan paling loyal untuk film jenis ini.
Hingga hari ini, atau seminggu semenjak penayangannya, World War Z
sudah meraup keuntungan sebesar 30 juta dolar. Meski belum mampu
menutupi biaya produksi yang diperkirakan mencapai 150 juta dolar.
Sebuah nilai yang fantastis dan turut melambungkan nama World War Z
sebagai film zombie dengan budget terbesar sepanjang sejarah. Well, wajar kalau World War Z diprediksi akan senantiasa bertahan di bioskop selama beberapa pekan.
(Salah satu scene tidak penting dalam film ini. Source: cinemablend.com) |
Adegan pertama sudah disuguhi dengan tata suara yang begitu apik.
Sungguh film kelas-A dan beruntung bagi para penggemar zombie karena
akan disajikan sebuah tontonan yang sungguh berkelas. Diawali dengan outbreak
yang terjadi dimana-mana, Amerika mulai kelimpungan. Akhirnya diutuslah
Gerry Lane (Brad Pitt) dan seorang dokter dari Angkatan Laut untuk
mencari kemungkinan adanya vaksin di lembaga penelitian.
Saya membayangkan, Brad Pitt akan dikurung ratusan ribu zombie
yang melakukan aksi kejar-kejaran dengannya. Saya merasa akan dibuat
berdebar-debar karenanya dan membayangkan bagaimana ia bertahan hidup di
tengah terbatasnya sumber makanan.
Sayangnya itu hanya bayangan. Sekali lagi, itu hanya bayangan saya sebagai penikmat film zombie. Karena di film ini Anda hanya akan menyaksikan dua kali aksi kejar-kejaran zombie
dengan Brad Pitt. Kenapa saya hanya menyebut nama Brad Pitt? Ya, karena
dialah satu-satunya aktor yang benar-benar main di film ini. Sisanya
terasa sebagai pelengkap yang tanpa mereka pun film ini bisa jalan.
Banyak sekali review di dunia maya yang mengagung-agungkan WWZ
sebagai film zombie terbaik saat ini. Saya pikir mereka adalah pe-review awam non genre zombie. Tidak seperti saya yang kesal setiap membaca setiap review yang mereka tuliskan. WWZ tak sepatutnya mendapatkan sentimen positif karena film ini sesungguhnya jauh dari kata memuaskan.
Sebuah blog mengatakan: “Segalanya berlangsung dengan sangat cepat,
dan itu memang sudah seharusnya. Para zombie di sini bukanlah termasuk
tipe yang berjalan dengan gontai, malas-malasan serta lemah gemulai.
Penggambaran yang memang sudah sepatutnya diterima oleh salah satu
makhluk legendaris dalam sejarah film horor ini.”
(http://cinetariz.blogspot.com/2013/06/review-world-war-z.html)
Ya, padahal zombie sekelas Dawn of The Dead pun sudah
digambarkan sebagai zombie pelari. Dan merupakan salah satu film paling
awal yang menceritakan bahwa zombie bisa berlari. Hal ini mendapat
reaksi negatif dari sang pemilik mahakarya The Dead, George A. Romero.
Tentu saja Romero dan Jack Synder memiliki filosofi yang berbeda
mengenai zombie. Jika Anda ingin zombie yang ekstrem ada Devil’s Playground karya Mark McQueen. Lagi-lagi, jangan tanyakan dari mana film ini berasal: Inggris.
Scene paling mengagumkan! Source: impruvism.com |
Inggris adalah salah satu pelopor atau pemberi inovasi dalam sejarah perfilman zombie.
Saya mulai tertarik semenjak 28 Days Later, 28 Weeks Later, Dog House,
hingga film zom-com paling legendaris di dunia Shaun of The Dead
diciptakan di Inggris. Demikian halnya dengan serial zombie Dead Set juga terlahir di Inggris yang kemudian dibuntuti oleh Serial Drama The Walking Dead.
Keluarga v Zombie. Source: nerdlocker.com |
Agaknya manajemen Brad Pitt salah pilih novel ataupun sutradara yang tak sanggup membuat para zombie ini terlihat lebih menggigit. Anda bisa menghitung berapa banyak kemunculan zombie pada film ini. Kemunculan yang benar-benar muncul, bukan efek komputer.
Plot yang disajikan memang runut. Artinya, bermula dari awal dan
berakhir di akhir. Tidak adegan yang melompat-lompat. Meskipun demikian,
film ini seperti puzzle yang disusun mulai dari zombie
di Amerika, pindah ke Korea, pindah ke Israel, pindah lagi ke Inggris.
Anehnya, saya tidak menemukan suasana sebuah negara yang terkena wabah
zombie ini, tak seperti 28 Days Later yang menyajikan pemandangan kosong
sebuah kota dan tiba-tiba penuh oleh zombie yang berlarian.
Sebuah blog menuliskan: “Not a typical end of days-zombie apocalypse movie, with a fresh and solid idea. A must watch!” (http://yukiitheo.wordpress.com/2013/06/23/review-world-war-z-2013/)
Sejatinya, ia pasti belum menonton film zombie lain. Ide zombie seperti ini sudah banyak bahkan sejak awal abad ke-21. Zombie yang terinfeksi karena virus memang mirip Devil’s Playground. Sayangnya agak mengambang karena tidak dijelaskan apakah zombie disini memiliki intelegitas tinggi atau hanya IQ jongkok.
Film ini dipuji karena tensi yang sudah melonjak-lonjak semenjak
menit awal. Jika Anda setuju, maka saya akan memperkenalkan sebuah film
berjudul”28 Weeks Later (2007) yang akan menghancurkan jantung Anda di
dua menit awal dengan aksi gila dan brutal bagi para zombie. Menit-menit awal WWZ tak ubahnya Dawn of The Dead. WWZ diberi perhatian khusus karena zombie-nya cepat dan tak selambat The Walking Dead. Saya tak bisa menduga bagaimana kalau film-film bergenre zombie super cepat yang ditayangkan.
Oiya, ada yang tidak disukai dari film ini. Ini mungkin satu-satunya
film yang mendapat rating PG-13 atau boleh ditonton remaja dan
anak-anak. Kenapa? Tidak ada sedikitpun aksi gore yang biasanya diumbar film zombie. WWZ tampil seperti sayur tanpa garam, seperti dangdut tanpa goyang.
Haruskah saya mengingatkan mengenai naskah? Agaknya tanpa menjadi
seseorang yang belajar di sekolah penulisan naskah tahu bahwa naskah
yang ditulis beragam manusia ini tidaklah bagus. Padahal, film World War
Z ini merupakan film adaptasi dari novel berjudul sama. Pertanyaannya
adalah kenapa tidak mengadaptasi naskah seperti novel saja? Tinggal
menambahkan sedikit detail sebagaimana film-film adaptasi lainnya.
Banyak sekali percakapan tidak penting yang sebenarnya kalau tidak
bicara pun tidak masalah.
Selepas lampu bioskop dinyalakan, saya mendapati beberapa orang di
dalam bioskop berkata, “Udah gitu doang”? Sebagai penikmat film zombie, saya merasa gagal.
Saran saya film ini baiknya diberi judul: Brad Pitt and Friends.
(MGR)
Frasetya Vady Aditya/@Aditz92
Pengagum film Zombie. Anggota Indonesian Zombie Club Regional Bandung.
*seperti yang dimuat di djatinangor.com
0 komentar