WARTAWAN dan JURUSAN
14:48
Ini adalah tugas saya ketika mengikuti rangkaian Orientasi Jurnalistik. Tugasnya yaitu mewawancarai wartawan. Sebenarnya ada beberapa wartawan kredibel yang bisa saya kontak, tapi saya lebih tertarik dengan orang ini. Bukan karena saya homo, tapi pekerjaannya yang unik sebagai wartwan:D
T18/ OJ/ 2010 Frasetya Vady Aditya
210110090216
Aceng Mukaram :
Ini Masalah Hati
Peran seorang wartawan dalam menginformasikan sebuah berita begitu besar. Masyarakat yang tidak tahu, bisa menjadi tahu karena wartawan. Namun, tentu saja dengan area Indonesia yang begitu besar tidak bisa membuat semua informasi terlingkupi dengan baik. Peran wartawan yang “berkorban” untuk ada di daerah terpencil sangatlah besar.
Untuk itu, mahasiswa Jurnalistik 2009 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad), Frasetya Vady Aditya berkesempatan mewawancarai Aceng Mukaram, wartawan Radio 68H dan kontributor Vivanews melalui sambungan telepon pada Selasa (30/11), sore. Berikut petikan wawancaranya:
T : Apa yang membuat anda menjadi wartawan di daerah terpencil?
J : Awalnya ini karena tuntutan pekerjaan yang membuat saya ada di sini (Pontianak ). Tapi hati saya lebih memilih untuk menginformasikan berita kepada orang lain.
T : Anda yakin? Anda kan bukan berlatar pendidikan jurnalistik.
J : Hahaha (tertawa). Ya, tapi kan ini masalah hati.
T : Apa sebenarnya motivasi anda sehingga bisa “kuat” ada di Pontianak ?
J : Entahlah, saya sudah 20 tahun di Pontianak . Bahkan, sudah tujuh tahun tidak pulang ke Bandung .
T : Arti idealis menurut Anda?
J : Kesempurnaan. Itu salah satu alasan mengapa saya ada di sini. Kalau idealisme saya luntur, saya minta ditempatkan di Jakarta saja lah, lebih enak.
T : Mengapa Anda menyebut diri Anda sebagai “Kontributor” bukan “Wartawan?”
J : Meskipun saya di gaji oleh kantor (68H Radio), tapi saya lebih senang disebut kontributor. Karena saya memberi kontribusi untuk mereka. Saya yang menginformasikan semua berita di daerah ini.
T : Anda juga sebagai kontributor di Vivanews, pernahkah Anda memberitakan tentang pemimpin perusahaan tersebut, lalu berita Anda diedit dan ada yang dihilangkan?
J : Tidak tahu. Itu masalah mereka karena saya sebagai kontributor, bukan karyawan mereka.
T : Jadi, komersialisme itu berpengaruh ya di media?
J : Ya, tapi sebagai wartawan kita harus netral meskipun berita kita diedit atau tidak jadi disiarkan. Profesional lah.
T : Lebih mudah mana, radio atau media online?
J : Dua-duanya tidak bisa dibilang mudah, tapi kan ada caranya tersendiri.
T : Lalu, bagaimana cara Anda bekerja?
J : Kalau saya ada di daerah terpencil dan sulit mengakses internet, maka saya menggunakan telepon. Biasanya radio lebih sulit karena kita harus menulis juga, karena suara kita nanti direkam dan disiarkan.
T : Bagaimana dengan Vivanews?
J : Itu kan berita yang ditampilkan cepat. Hampir permenit bahkan. Saya biasanya menggunakan telepon, lalu memberikan informasi ke kantor. Jadilah berita.
T : Ada deadline yang ditetapkan?
J : Tidak ada.
T : Berarti tekanan kepada Anda tidak begitu berat ya?
J : Sepertinya begitu. Tapi tantangan yang dihadapi lebih besar karena tidak ada deadline.
T : Maksudnya?
J : Kita kan sesama media bersaing dengan media lainnya. Walaupun tidak ada deadline, mau tidak mau kita tetap harus bergerak cepat.
T : Job desk yang anda tangani?
J : Semuanya.
T : Jadi, tidak ditentukan job desknya?
J : Untuk seorang yang ditempatkan di dareah seperti saya. Semua informasi ya saya berikan. Kriminal, olahraga, dan lain-lain saya yang menangani.
T : Susunan redaksinya bagaimana?
J : Untuk di Vivanews saya hanya mengirimkan berita. Sedangkan untuk radio ada Pemimpin Redaksinya di kantor.
T : Undang-undang yang mengatur tentang pers saat ini melemahkan atau mendukung kegiatan jurnalis?
J : Seharusnya mendukung, tapi masih banyak orang yang tidak mengerti.
T : Jadi faktornya karena manusia ya? Pernah mendapat intimidasi?
J : Iya, Undang-Undangnya juga. Pernah, apalagi untuk melecehkan profesi wartawan. Itu sering sekali. Sedangkan intimidasi fisik belum pernah. Tapi beberapa rekan pernah mengalaminya. Contohnya, saat meliput di Makassar , seorang teman pernah dipukuli mahasiswa karena disangka mengganggu. Padahal, saat itu kita sedang meliput.
T : Jadi, Undang-Undangnya salah ya?
J : Tidak juga. Misalnya UU tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Ini agar medianya sendiri tidak kebablasan.
0 komentar