Gara-gara Miljan!

22:23






Drago Mamic menyerah. Pencapaiannya selama putaran pertama dianggap gagal. Meski berhasil bertengger di peringkat tujuh kelasemen, managemen menganggap Mamic tidak menerapkan sepakbola indah. Seperti biasa, Robby Darwis ditunjuk sebagai caretaker dalam pertandingan kandang menghadapi Persegres Gresik, Rabu (11/3).
Pertandingan yang berlangsung panas ini berakhir dengan kemenangan bagi Maung Bandung. Sang Kapten Atep melesakan bola lengkung ke gawang Hendri Prasetyo yang juga menjadi satu-satunya gol yang tercipta pada laga ini. Dalam pertandingan ini, wasit melayangkan kartu merah untuk Gustavo Chena dan Miljan Radovic.
Keduanya terlibat perseteruan yang mengakibatkan pertandingan berhenti selama empat menit. Awalnya, Miljan berusaha menyundul bola. Tangan dari Miljan tiba-tiba mengenai kepala Chena. Karena keseimbangan yang kurang sempurna, Miljan sempat menyenggol tubuh Chena yang sedang terjatuh. Tak terima, Chena balas mendorong Miljan.
Laga berakhir panas ketika Zulkifli yang berusaha membuang waktu, didorong secara kasar oleh Marwan Sayedeh. Namun, Zul berhasil mengontrol emosi. Tak berselang, wasit meniup peluti panjang tanda pertandingan berakhir. Tak dinyana, beberapa orang berbaju putih berlari ke dalam lapang, entah apa yang terjadi, karena tayangan televisi berubah menjadi iklan.
Bukan situasi di luar pertandingan sebenarnya yang akan dibahas. Jalannya pertandingan selepas pelatih lisensi A UEFA turunlah yang akan dicermati.
Sepanjang pertandingan, Robby tak lepas meminta pemainnya untuk memberikan operan-operan pendek. Meski cukup kagok karena rumput Silwiangi yang tidak rata, namun pemain mengikutinya. Kecuali untuk umpan-umpan terobosan lambung. Entah karena fasih berbahasa Indonesia, instruksi Robby ini selalu dituruti para pemainnya. Cukup aneh karena operan pendek mendatar pada pertandingan kali ini, lebih banyak dilakukan ketimbang saat diasuh Drago Mamic.
Perubahan pola permainan menjadi semakin menarik kala Miljan dikeluarkan wasit. Atep bermain lebih ke tengah. Sementara sayap kiri diisi M. Ilham dan sementara di kanan Zulkifli diberi keleluasaan untuk overlapping yang sering disambut Marcio Souza. M. Ilham pun beberapa kali pindah posisi kiri-kanan untuk mensupport Zul.
Permainan terasa lebih mengalir. Cecep oper ke fullback antara Nasuha dan Zulkifli. Bola di-delay oleh Gaspar yang mengatur passing akan diberikan ke mana. Atep mencari bola ketengah, untuk kemudian di alirkan ke sayap atau langsung passing ke Along atau Marcio. Posisi Marcio sendiri lebih sering ada di sayap kanan yang dibantu oleh Zulkifli Syukur.
Peran Atep jelas lebih menonjol dibandingkan kala Miljan masih bermain. Skill individunya mampu menutupi pergerakan minus M. Ilham yang hari itu kurang maksimal performanya. Tidak ada sprint-sprint yang mengancam dari M. Ilham.
Peran Gaspar-Atep begitu maksimal. Belum lagi capping bola yang dilakukan Marcio, serta body balance yang dimiliki Along. Meski keduanya tidak mencetak gol, namun suplai-suplai seperti inilah yang dibutuhkan para pemain depan setelah hengkangnya Eka Ramdani ke Samarinda.
Miljan sebenarnya bukanlah tipe pengatur serangan yang dapat mengatur tempo atau memengaruhi jalannya pertandingan. Umpan-umpannya mirip Firman Utina, namun kemampuan mengontrol pertandingan masih jauh jika dibandingkan dengan sosok Eka Ramdani. Eka sendiri adalah pengatur serangan murni terakhir yang dimiliki Persib. Sisanya, Gaspar dan Toni Sucipto yang bergantian mengatur dari belakang. Ini sebagai dampak dari formasi dua defensive midfielder untuk menyokong Miljan yang sering kehabisan nafas dan langkah.
Argumen ini cukup kuat melihat Miljan hanya berperan sebagai passer. Saya pikir, ini adalah musim terakhir Miljan. Tak perlu statistik yang mendetail, cukup lihat saja sebentar, Miljan jarang melakukan dribel-dribel tusukan ke jantung pertahanan lawan yang diakhiri dengan tendangan atau umpan terobosan. Biasanya, paling banter ia hanya berlari hingga ¾ lapang, lalu melepaskan umpan ke sayap.
Musim kemarin Miljan masih bersinar karena di dukung oleh Hariono dan Eka Ramdani. Peran Miljan tak lebih dari Central Midfielder yang tugasnya pemberi umpan. Dribling Miljan lebih sering ke area pertahanan ketimbang mencoba menggocek lawan. Untungnya, ia diberkahi tendangan melengkung ketika eksekusi tendangan bebas. Eits, tapi itu musim kemarin. Musim kali ini Miljan lebih sering mencetak gol lewat titik putih.
Hariono dan Gaspar jelas berbeda meski sama-sama sebagai defensive midfielder. Keduanya akan berbeda fungsi jika dijadikan sebagai dua DM layaknya Gaspar-Toni. Apabila Hariono bermain, pola paling pas sebenarnya menempatkan satu midfielder bertipe pengatur serangan, serta satu midfielder perusak. Hal seperti ini terjadi kala tiga midfielder kala itu Hariono-Eka-Suchao masih bersama. Dengan pola seperti ini, Suchao dapat menjadi passer atau teman 1-2 dengan Eka.
Persib tahun ini hanya memiliki passer namun tidak memiliki pengatur serangan yang mau menusuk ke depan. Untungnya, Miljan diberi kartu merah, sehingga pola tersebut diemban oleh Atep yang turun dan mengirim umpan-umpan yang memanjakan para striker. Atep juga memiliki opsi lain untuk memberikan umpan ke sayap atau menusuk langsung dengan aksi individunya.
Dua striker yang direkrut Persib cukup mumpuni dalam body balance dan kecepatan. Terutama capping Marcio yang bisa menyusur sisi kanan pertahanan lawan dan memberi umpan akurat untuk Along.
Diakui atau tidak, permainan Persib tadi sore merupakan permainan paling menghibur diantara pertandingan Persib lainnya. Sentralnya peran Atep serta kokohnya Gaspar membuat pertandingan berjalan seru. Tentu saja, saat Miljan keluar.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts