Banjir Kopo Sayati

15:11


Para pria mulai dari anak-anak hingga orang dewasa tumpah ruah di tengah jalan. Ada yang mengatur lalu lintas, ada pula yang “berenang” di tengah pekatnya air yang menggenang. Semuanya terlihat takjub, meski setiap hujan turun, kondisi serupa kerap terjadi.


Banjir di kawasan Sayati Kabupaten Bandung terpisah di tiga titik dengan jarak sekitar 100 meter. Titik pertama tepat di depan pertigaan Sayati – Sukamenak. Dengan ketinggian hingga betis orang dewasa, beberapa kendaraan umumnya lebih memilih jalan memutar lewat Pasar Sayati Lama.
Titik ke dua merupakan daerah dengan genangan air paling tinggi hingga mencapai lutut orang dewasa. Genangan ini berasal dari luapan Jembatan Cedok yang mengalir ke jalan. Pengendara motor biasanya memutar lewat gang, sementara pengendara mobil dengan elevasi rendah harus memutar lewat Pasar Sayati Lama.
Titik terakhir ada di depan SPBU setelah “jalan dengdek”. Beberapa pengendara seringkali “ikut” masuk ke SPBU agar kendaraannya tak terendam.
Kondisi ini diperparah dengan aspal di sepanjang jalan yang mengelupas. Kupasan aspal ini menjadikan “jurang” menakutkan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Saya sempat merasa frustasi karena harus mengalami kemacetan yang cukup mengesalkan sejak Gerbang Tol Kopo. Belum lagi saya harus menyiapkan mental untuk melewati “danau” di tengah jalan tersebut.
Jalan Kopo merupakan salah satu akses jalan tersibuk yang menghubungkan Kabupaten Bandung dan Kota Bandung. Anehnya, genangan air serta kualitas aspal yang buruk tidak begitu mendapat perhatian yang layak dari Pemerintah Kabupaten Bandung. Genangan air di kawasan Sayati bahkan telah terjadi beberapa tahun silam. Jika hingga saat ini masih juga terendam, artinya upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bandung tidak membuahkan hasil.
Harapan saya, siapapun pemangku kebijakan mau untuk memperbaiki kondisi alam khususnya yang ada di kawasan Sayati. Sudah cukuplah kami yang berkendara dari arah kota dipusingkan dengan kemacetan yang selalu terjadi. Tak perlulah ditambah stress dengan banjir yang ada. Karena selain menutup jalan, genangan air ini juga mematikan usaha masyarakat di sekitar kawasan banjir. Belum lagi wisatawan potensial yang akan berkunjung ke Ciwidey atau Pangalengan, mereka tentu berpikir dua kali jika ingin mengunjungi tempat yang sama.

Semoga, ada langkah nyata yang dilakuan Pemerintah Kabupaten Bandung demi mengatasi genangan air umumnya di Kabupaten Bandung. Karena saya yakin, masyarakat pun sudah bosan berenang di “kolam renang” gratis tersebut.

*Dimuat di Surat Pembaca Harian Pikiran Rakyat Minggu 23 Desember 2012

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts