Operasi Kepolisian Tak Berkesan

21:11

Setelah sekian lama, tidak mengisi surat pembaca. Akhirnya, Kamis (14/7) malam kemarin, saya meniatkan untuk menulis lagi di Pikiran Rakyat . Seperti biasa, surat pembaca ini, dimuat pada Sabtu (16/7). Beragam tanggapan sudah masuk ke nomer telepon genggam saya. Semoga, dibaca oleh yang bersangkutan.

Sudah beberapa hari ini, aparat kepolisian lebih sering terlihat dijalanan. Mulai dari mengurai kemacetan, meminta menyalakan lampu, hingga merazia kendaraan yang 'membandel'. Ada dua saran dari saya, semoga dapat menjadi motivasi untuk membangun aparat yang lebih baik.
  1. Kurangnya Sosialisasi Penerapan Undang-Undang.
Banyak pengendara lebih takut ditilang polisi ketimbang menghadapi kematian. Contohnya, menggunakan helm, mengenakan sabuk pengaman, dan menyalakan lampu motor. Kebanyakan pengendara, berfikir bukan karena akibat jika mereka tidak mengenakan helm, tapi takut ditilang. Hal ini menurut saya dikarenakan kurangnya sosialisasi tersebut, ditambah dengan banyaknya aparat yang berlaku arogan, sudah bukan rahasia umum bukan?.
Misalnya, pengendara dengan pikiran 'kolot' tentu akan berpikir dua kali untuk menyalakan lampu besar di siang hari. Untuk apa, hanya menghambur-hamburkan daya hidup aki (accu) saja. Nah, tugas kepolisian, ketimbang mengedipkan tangan atau berteriak “lampu nyalakan-lampu nyalakan”, lebih baik beri sosialisasi di media soal pentingnya menuruti undang-undang ini. Sehingga akan tercipta masyarakat yang taat hukum, bukan takut tilang.
  1. Sistem Razia Tidak Tegas
Sudah cukup lama aparat kepolisian tidak menghentikan kendaraan saya ketika razia. Kenapa? Karena selain membawa dan menggunakan perlengkapan yang seharusnya, saya juga bisa menghindar dari razia ini. Hal ini dikarenakan razia yang terkesan mau tidak mau.
Kalau saya perhatikan, banyak razia dilakukan setelah pertigaan, sehingga, pengendara yang malas dihentikan akan memilih untuk berbelok ketimbang dirazia. Selain itu, jumlah aparat yang sedikit, membuat operasi tilang menjadi mudah untuk dilewati begitu saja.
Bagian yang paling penting ketika razia adalah masih banyaknya moral polisi yang mudah dibeli pengendara yang melanggar. Seorang teman misalnya, memilih untuk 'disidang' ketimbang mengeluarkan tiga lembaran uang sepuluh ribu kepada aparat, karena bersikukuh kalau dia tidak salah. Saya juga pernah melakukannya, namun lebih dikarenakan jadwal tilang yang memaksa saya berbuat demikian. Jadwal tilang di PN Bandung, hanya hari Jum'at, itupun setengah hari. Sulit untuk menyesuaikan jadwal menghadiri sidang, terlebih saya tidak berdomisili di sekitar pengadilan.
Semoga dua poin ini dapat diperbaiki secepat mungkin, terlebih dengan pergantian kepala polisi Jawa Barat, sehingga akan lebih memunculkan semangat baru kepada anggota yang lainnya. Semoga, masyarakat Jawa Barat menjadi masyarakat yang taat hukum,
Terimakasih kepada redaksi Pikiran Rakyat yang telah memuat surat keluhan ini.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts