SENIOR YANG TAK MEMILIKI JUNIOR

15:17

Who do you see, with your eyes shut tight. Regret will be your bride, goodbye ..
Tidak, saya tidak sedang bernyanyi. Nada tersebut mengalun dari telepon genggam yang menandakan bahwa sebuah SMS sedang mendatangi kehidupan. Saya membuka pesan singkat tersebut. Isinya mengenai rapat Karang Taruna (ababil pisan, heueuh) yang akan diselenggarakan di malam setelah natal.
Ajakan ini begitu saja saya iyakan. Mengingat sudah hampir SATU tahun kami tidak pernah berkumpul karena kesibukan (sok sibuk) masing-masing anggota. Acara rapat ini diadakan tepat pukul setengah tujuh malam. Meskipun pada kenyataannya baru dimulai sekitar pukul delapan tepat.
Sebagai fungsionaris (pengurus) karang taruna yang begitu populer -_-‘, saya sendiri tidak mengetahui agenda apa yang akan dibahas pada forum akbar ini. Sepengetahuan saya, agenda terdekat adalah malam pergantian tahun yang biasa kami lakukan dengan tafakuran.
Sang ketua datang terlambat. Dengan tergopoh-gopoh ia memegangi kakinya. Dari jauh, celana jeans yang digunakannya sobek. Begitu ia mendekat, bau bensin tercium disertai darah segar dari betisnya. Menjijikan. Ya, selain kasian tentunya. Ternyata ia baru saja mendapat musibah. Tapi, yasudahlah.
Malam pun mulai larut. Tidak seperti biasanya. Rombongan anak-anak, maaf, ingusan berkumpul di depan rumah sang ketua. Anjiss, saya menyangka mereka akan membuat forum tandingan. Dengan wajah yang masih terkejut, saya pun bertanya kepada sang ketua ada apa sebenarnya. Dengan tenang, sang ketua menjelaskan bahwa agenda yang akan dibahas kali ini adalah penambahan anggota baru. Ya, dengan merekrut anak-anak, maaf, ingusan itu.
Hasil diskusi saya dengan sang ketua adalah penambahan anggota baru dilakukan hingga Juni 2011, sehingga masa jabatan kami, ehm, sudah mencapai dua tahun, lalu anggota baru itu dimasukan sebagai pengurus. Katanya sih, agar mereka lebih memiliki tanggung jawab dalam memikul kerasnya kehidupan.
Malam itu hanya ada sepuluh orang yang berkumpul. Tapi, malam semakin larut. Kami pun menjadi terlarut akan kenangan-kenangan indah masa lalu, ketika kami masih bersama. Calon-calon anggota baru pun terabaikan. Mereka menghilang entah kemana. Sementara itu, kami menikmati hangatnya malam ini ditemani percikan-percikan minyak dari wajan yang mematangkan ayam, hingga suara ketukan pisau yang mengiris kangkung.
Sungguh malam yang luar biasa. Kami mengakhirinya dengan ucapan “Alhamdaulilah, thanks God, kita udah kenyang,” ya, malam itu tidak ada rumusan-rumusan penting yang menyangkut kepemudaan di RT, yang ada hanyalah kebersamaan yang benar-benar sudah tidak pernah saya rasakan semenjak di Non-Aktifkan dari organisasi ini.
Pukul setengah satu malam, saya sampai di rumah. Rumah saya hanya selang lima rumah dengan rumah sang ketua. Di perjalanan saya melihat bulan yang ¾ dengan bintang-bintang yang bersinar redup. Saya pun merenung di dalam kamar. Saya membayangkan bulan sebagai benda yang sudah lama, dan bintang sebagai benda baru. Bintang berusaha menjadi yang paling terang, memang terang, tapi begitu kecil. Bulan sebagai benda paling terang, menjadi tutor sang bintang sehingga bintang mendapatkan sinarnya yang sebenarnya.
Saya tidak sedang mengajarkan fisika atau apapun, saya membayangkan ketika sebuah organisasi tidak memiliki regenerasi. Ketika organisasi berjalan dengan orang yang itu-itu saja. TIdak ada pembaruan, bukan karena tidak bisa, tapi karena orang-orang tidak mau masuk kedalamnya. Organsasi karang taruna di RT masih berjalan di tahun kedua. Tidak jalannya organisasi ini ya karena setelah periode tertentu, tidak ada regenerasi atau setidaknya penambahan anggota. Bukan karena warga yang tidak mau, tapi kami merasa mereka yang belum mampu.
Saya pun termenung, bukan memikirkan ini. Tapi, memikirkan ospek apa yang paling tepat untuk anggota baru kami :D

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts