The Last Exorcism: Masih Terdiam Ketika Ending

14:24


[possessed voice] Let Jesus fuck you, let Jesus fuck you! Let him fuck you!

Film horror di kuartal dua tahun ini adalah The Last Exorcism. Saya memilih menonton di Regent Stuido. Selain harga tiket yang bersahabat, juga ditambah suasana bioskop yang mencekam dan biasanya, hanya sedikit yang menonton. Saya jarang memilih tempat duduk di pojok, biasanya saya pilih di tengah. Namun, karena di tengah sudah agak ramai, saya pilih di pojok dekat pintu masuk.
Awalnya, mengapa saya tertarik, karena saya membaca reviewnya di blog ini. Sang master-begitu saya menyebutnya, selalu memberikan review yang benar-benar akurat. Maka, saya langsung menunjuk film ini. Di flyers bioskop, bukan flyers sih, tidak menonjolkan gambar yang benar-benar menakutkan, hanya gambar yang menurut saya, menjijikan.

Di dalam studio, telah hadir sekitar 14 orang bersama saya. Karena saya telah tahu bagaimana background ceritanya, maka saya tidak banyak nanya, mengapa seperti ini, mengapa seperti itu.
Awal cerita dijelaskan ketika seorang pastur penyembuh manusia dari kesurupan, ingin menyembuhkan pasiennya untuk terakhir kali. Cara pengameraannya berupa footage seperti film Paranorlmal Activity. Hampir semua scene diceritakan seperti kejadian asli. Artinya, gambar seolah-olah diambil oleh orang yang menggunakan handycam dalam film tersebut.
Kembali ke cerita, si pastur bersama dua orang lainnya, kameramen dan soundman, berangkat ke sebuah kota kecil. Untuk penyembuhan terakhirnya ini, ia ingin membuktikan bahwa ia sebenarnya tidak melakukan apa yang disebut dengan menyembuhkan orang yang kerasukan, ia hanya menyugesti manusia. Namun, semuanya berubah menjadi petaka.
Biasanya, ia mengobati pasien orang dewasa, namun kali ini, adalah seorang anak perempuan yang masih belia. Awalnya kepura-puraan ini memang berhasil, tapi, sang pasien tak kunjung sembuh. Mulailah semua petaka ini dimulai.
Bagaimana kelanjutannya, belilah DVD nya, karena saya rasa sudah tidak tayang lagi di bioskop. Benar seperti apa yang diungkapkan blog itu, hingga beberapa detik setelah ending (credit tittle) Anda masih akan terduduk di kursi bioskop, lalu, tertawa tidak jelas. Menertawai apa yang Anda lakukan :D
Film ini menurut saya, dari segi cerita, sangat standar, namun dari pengalaman mengambil kamera, sungguh jarang dilakukan. Ya, setidaknya film ini bisa menjadi teman liburan Anda di akhir pekan. Tantangan saya: jangan tertawa setelah cerita berakhir.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts