SCRE4M, TAK MEMBERI KESEMPATAN UNTUK BERDETAK PELAN

15:32






shut the fuck up, and watch the movie
 
Whoaaaa, whoaaaaa,……….1 menit kemudian, aaaaaaaaaaaaa, waaaaaaaa, 10 detik kemudian, anjiiiiiiinnnnggggggg.
Tidak, saya tidak sedang mendeskripsikan orang yang tengah buang air besar, meskipun mirip, saya juga tidak menceritakan tentang perjuagan seorang ibu yang tengah melahirkan. Tapi saya mengisahkan tentang sekumpulan orang yang menjerit histeris, mengangkat kaki, hingga menutup matanya. Semuanya terangkum dalam tulisan ini :D
Tiga film awal, ditonton di Regent, jalan Sumatra. Namun, karena tidak adanya list film ini, disertai ingin menyaksikan kekaguman yang lebih mendalam, maka saya memutuskan untuk menonton film ini di Empire, Bandung Indah Plaza. Dengan tiket seharga Rp. 15000 (kalau ditambah seribu, sama dengan nonton dua orang di Regent), saya mempersiapkan telinga untuk digempur sound sistem yang menggelegar.
Agak lebay sih, tapi, ya sudah baca saja. Saya tertarik menonton film ini ketika membaca sebuah review dari blogi ini.. Pengisinya adalah orang yang benar-benar berkompeten di bidangnya, ia memberikan nilai 4,5 dari total 5 (jarang loh, yang sampai 4,5), dan mengatakan: “20 menit awal, adalah awal yang takan pernah terlupakan selama Anda menonton film”. Biasanya sih, review dari blog ini tak pernah mengecewakan.Benar saja, baru film dimulai, perasaan saya mulai menerawang ke film The Ring, mereka menonton tv, lalu darah-darah mulai bercucuran. Seperti judul yang telah saya sebutkan, film ini seolah tak pernah mengajak jantung saya untuk berdegup pelan, selalu dalam kondisi double pedal. Bagaimana awalnya, tidak akan saya ceritakan ah. Seperti blog tadi sebutkan, ini memang pengalaman yang tidak akan saya lupakan.
Well, karena saya bukan penganut cerita hantu luar yang fanatik, maka bisa saya sebutkan kalau cerita di film ini baru untuk saya, sulit ditebak bahkan. Namun, dengan happy ending, film ini akan dapat memenuhi keinginan dari penonton Indonesia. Hahaha. Ya, karena penonton Indonesia akan lebih menikmati happy ending ketimbang gantung-ending. 
Setelah saya eksplorasi dari sigilahoror, ternyata untuk Anda yang sudah menonton film ini 15 tahun yang lalu, pasti akan terasa basi. Mengapa? karena adegan-adegan slasher yang sudah biasa. Menurut sigilahoror, film ini lebih baik ketimbang Scream 2 dan 3, namun masih lebih baik sang pendahulunya, scream 1. Tiga aktor yang ada di trikuel sebelumnya masih turut andil disini.
Bagi saya yang baru pertama kali nonton, agak sulit pada awalnya mencerna beragam kejadian-kejadian yang terjadi karena memang sangat berhubungan dengan Scream pendahulunya. Tapi okelah, keren ko kalau kata saya. 
Nah, masih menurut sigilahoror, film ini kuat di dialognya yang mengejek plot-plot film hantu kebanyakan. Misalnya, polisi yang berjaga di depan rumah, biasanya mati dibunuh hantu. Saya pun pusing, karena mereka mengkritik filmnya sendiri. yasudahlah, tonton saja, atau download dvdnya :D
Namun, ketika mengetahui akhir, saya rasa, ini adalah kekejaman sosial yang sebenarnya film ini tengah menunjukannya ke kita. Contohnya, ayah bunuh anak, anak bunuh ibu, demi hal yang sepele. Ditunjukan pula bagaimana masa remaja adalam masa ketika ego semakin membuncah. Bukan film horror sih, tapi lebih ke thriller, super thriller lebih tepatnya. Karena untuk orang dengan lemah jantung seperti saya, film ini cocok untuk memacu jantung Anda lebih kuat.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts