Atasi Galau ala Raditya Dika

18:24



Galau? Menulislah

 

Jatinangor, (KOMPAS),- Kegelisahan adalah sumber inspirasi utama dalam menulis. Itulah yang diungkapkan Raditya Dika dalam seminar bertajuk "Kreatif Menulis Rejeki Tak Akan Habis" yang digelar di Bale Santika Jatinangor, Kab. Sumedang, Kamis (13/10) lalu. Raditya Dika memberikan materi serta pelatihan selama dua jam yang diikuti 307 peserta.
Raditya blogger yang juga seorang penulis mengungkapkan sebagian penulis tidak pernah memikirkan untuk menjadi kaya, karena apa yang ditulisnya adalah kegelisahan. Ia mencontohkan Pandji Pragiwaksono penulis "Nasional.is.me" menulis karena kegelisahannya akan kondisi Indonesia pada masa kini. Begitu pula dengan Andrea Hirata yang menuliskan pengalaman masa lalunya ketika masih sekolah. "Mereka sedang gelisah." tuturnya.
Selama memberikan materi, gelak tawa selalu hadir dari peserta melihat tingkah Raditya. Selain berprofesi sebagai penulis humor, Raditya juga dikenal sebagai comics atau pelaku standup comedy. Selain materi, diadakan juga latihan menulis dengan bekal materi dan wejangan yang diberikan.
Ketua pelaksana Reta Yudhistira mengatakan tidak menyangka antusiasme peserta sebesar ini. Awalnya ia memprediksi hanya 250 orang yang akan hadir. Nyatanya, peserta membludak. "Bahkan ada sepuluh peserta yang masuk waiting list," tuturnya.
Aceng Abdullah
Reta meyakini pemilihan Raditya sebagai pemateri memang meningkatkan rasa ingin tahu mayoritas peserta. Biasanya peserta hanya menyaksikan di televisi atau hanya membaca karya Raditya saja. "Remaja seperti kita ini, siapa sih yang tidak kenal dia?," ujar Reta.
Salah seorang peserta mengaku penasaran melihat sosok Raditya. Ia rela berangkat sejak pagi hari menuju lokasi acara karena jarak yang relatif jauh. "Sebenarnya untuk mading, jadi lebih tahu saja cara untuk menumbuhkan ide," kata Rosyid (16) siswa MA Ishlahul Amanah, Pangalengan, Kab. Bandung.
"Menulis itu baik," ujar Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Komunikasi Aceng Abdullah dalam sambutannya. Aceng mengungkapkan, ia terpengaruh anaknya yang mengidolai Raditya. Ia memberikan pesan kepada peserta untuk lebih aktif menulis. "Bukannya sombong, tapi artikel pertama saya dimuat di Kompas Minggu. Ini harus jadi motivasi untuk kalian," tutup Aceng.

Roadshow
Seminar hasil kerjasama Himpunan Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran (HMJ Unpad) dengan perusahaan alat tulis terkemuka ini, merupakan rangkaian acara pelatihan penulisan yang digelar di beberapa kota di pulau jawa. Sementara di Jakarta, digelar di lima tempat.
Ketua HMJ Unpad
"Kami membantu peserta dalam mengembangkan kemampuan menulisnya dengan creative writting skills," sebut Jessica, Product Executive Faber-Castell. Materi penulisan yang diberikan memang dikhususkan untuk menulis kreatif. "Itulah mengapa kami memilih Raditya Dika," kata Jessica.
Ketua HMJ Lucky Leonard menyatakan Faber-Castell lah yang sebenarnya menggelar acara ini. "Kami hanya digandeng untuk menjadi pelaksana, sementara konsep dan pembicara, Faber-Castell yang memberikan," kata Lucky. Ia menjelaskan, acara ini mengungtungkan HMJ karena Faber Castell disimpan sebagai sebagai sponsor sehingga memberikan citra positif bagi HMJ. "Kami juga dapat sharing profit 10% dari tiket masuk, lumayan lah untuk pendapatan," beber Lucky.

Menulis Kreatif
Seminar yang biasanya terkesan serius, menjadi berbeda dengan Raditya sebagai pembicara. "Menulis itu tidak harus yang berat-berat," tutur Reta. Raditya adalah penulis "catatan harian" yang sukses di kalangan remaja. Bukunya yang berbeda dari kebanyakan buku yang lain membuat karya-karyanya terlihat lebih segar. "Saat pertama terbit, buku pertama saya yang berjudul 'Kambing Jantan' bahkan sempat disimpan di bagian peternakan," ujar Raditya yang disambut tawa peserta.
Shampoan
Karya Raditya bertema komedi dengan latar belakang keseharian pribadinya. Untuk menghasilkan karya seperti itu, ia tidak mendapatkannya secara instan. Raditya perlu belajar dari penulis-penulis lainnya. Ia membagi pengalaman beserta teori penulisan kepada peserta seminar ini.
Menurut Raditya, kelemahan utama penulis-penulis pemula adalah kesulitan menemukan inspirasi dan terlalu bertele-tele dalam menceritakan sesuatu. Raditya memegang teguh prinsip show not tell. "Menulis itu menunjukan dan menceritakan agar pembaca ikut merasakan apa yang ingin kita ceritakan," katanya.
Ia menangkap fenomena unik para penulis pemula ketika menulis first line atau kalimat pertama. Kebanyakan menuliskan tentang pemandangan alam, padahal first line itu menentukan. Hal ini akan berhubungan apabila naskah dikirimkan ke penerbit.
Di akhir acara, Raditya yang kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Penerbit Bukune, mengungkapkan rahasia agar naskah diterima oleh penerbit. Menurutnya, editor buku tidak pernah membaca naskah secara penuh, mereka hanya membaca halaman awal saja. "Kalau menarik, baru lanjut ke bab selanjutnya. Kalau masih menarik, baru buka dari halaman acak. Kalau masih menarik juga, baru dibaca keseluruhan naskahnya," tutup Raditya.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts